Cemburunya Arga


Hari ini Arga ada janji dengan Harsa, latihan untuk persiapan tes Harsa. Arga mengehela nafas memori lama dikepalanya bermunculan. Jujur sudah lama Arga tidak bermain piano dan itu menjadi alasan mengapa Arga waktu itu sempat ragu untuk menerima tawaran Harsa.

Sejujurnya memang benar yang dikatakan Harsa bahwa Arga pandai bermain piano. Arga telah bermain piano sejak kecil karena seluruh keluarga Arga merupakan sosok yang menyukai musik. Yang mengajari Arga adalah sosok sang kakak,

Januar dalam bermain piano.

Iya!

Arga bukan anak tunggal. Dia punya seorang kakak laki-laki yang sekarang entah berada dimana pergi meninggalkan keluarganya hanya karena ingin bersama orang yang dia cintai.

Fakta bahwa sekarang Arga jauh dari Januarlah yang kemudian menjadi kecamuk yang mendalam bagi Arga.

Arga tidak membenci kakaknya hanya saja waktu masih belum bisa menyembuhkan memori yang menyedihkan yang tak pernah Arga bayangkan.

Yang menjadi salah satu penyebab hubungannya dan Rafka juga menjadi rumit.

Arga sudah mencari info tentang kakaknya itu tetapi sama sekali tidak ada jalan keluar.

Salah satu kenangan yang biasa Arga dan Januar lakukan adalah bermain piano. Lambat laun menjadi sebuah kesenangan tersendiri bagi Arga dan Januar.

Lagu Dewa 19 merupakan lagu yang paling sering Arga mainkan terutama ketika bersama abangnya.

Mereka bedua sangat senang dengan lagu tersebut dan sering saling mengiringi satu sama lain baik Januar yang bernyanyi maupun Arga.

Hah...

Memikirkannya saja sudah membuat dada Arga sesak. Dia rindu. Sangat rindu.


Setelah mengirim pesan kepada Rafka bahwa dia sudah sampai diruang latihan, putra Natrasani itu menunggu di parkiran depan.

Rafka memang berniat untuk melihat latihan Arga hari ini. Padahal Arga sudah melarang tapi bagaimana bisa jika pemuda manis itu memohon dengan mata yang berbinar?

Tak lama kemudian Rafkapun datang. “Maaf kamu jadi nunggu gini, kamu udah nunggu lama?”tanya Rafka begitu berdiri dihadapan Argantara.

“Enggak kok aku juga baru aja sampai, ayo kita kesana sekarang kayaknya Harsa udah ada disana”

Rafka pun mengangguk dan segera berjalan beriringan dengan Arga.

Sesampainya mereka di gedung fakultas musik, suara riuh Harsa menggema dan memanggil mereka.

“Woy Arga! Cepetan gue udah nungguin dari tadi nih, eh Rafka lo ikut? AHHH GEMES” ucap Harsa sembari menarik Rafka.

Arga pun yang sudah hafal dengan kelakuan Harsa memutar bola matanya malas, memutuskan mengikuti saja langkah Harsa.

“Lo duduk disini aja sama Jerico yah? Pokoknya lo harus kasi review penampilan gue gimana, oke?” ucap Harsa sembari menunjuk sana sini dengan nada ceria.

Hal tersebut membuat Rafka tersenyum dan menahan tawa. Arga yang melihat ekspresi orang yang dia suka secara otomatis juga tersenyum dan berjalan mendekati Rafka.

“Kamu tunggu sini dulu ya, nggak lama latihannya kok, kayak yang Harsa bilang. Nanti harus kasih nilai jujur pokoknya, oke cantik?”ucap Arga sembari mengusak rambut Rafka dan menaik turunkan alisnya

“Gue baru tau sosok Arga kalau lagi ngebucin tuh kayak gini, hwlee”

Harsa dengan wajah yang dibuat-buat membuat Rafka tertawa. Lain halnya dengan Arga yang malah melotot sedikit tersinggung.

“Udah sana kalian latihan. Semangat haha” ucap Rafka sembari mendorong Arga dan Harsa.


Latihan dimulai dengan instruksi dari Harsa. Setelahnya mereka mulai menyanyi dengan Harsa yang telah membawa mic ditangannya. Harsa meminta Arga bermain terlebih dahulu instrumennya tanpa Harsa bernyanyi.

Argapun memulai lagu Dewa 19 yang berjudul

Cintakan Membawamu Kembali

Dari kejauhan Rafka melihat Arga memainkan piano sangat takjub. Pembawaannya sangatlah baik dan juga keseriusan dalam wajah Argapun menambah kesan menawan.

Rafka sama sekali tidak melebih-lebihkan, tapi memang sosok Arga yang seperti ini baru pertama kali Rafka saksikan.

Namun ada yang sedikit mengganjal di hati Rafka ketika Harsa mulai menyanyi. Bagaimana jika itu adalah Rafka? Apa mereka akan terlihat serasi?

“Gak usah jealous. Mereka temenan doang, lagian Harsa pacar gue kali”ujar Jerico disampingnya secara tiba-tiba membuat Rafka menatapnya.

“Gue gak ngomong apa-apa?”

“Udah ketahuan kali dari ekspresi lo. Gue awal-awal juga gitu. Tapi udah darisananya emang mereka berdua kayak gitu”jelas Jerico.

Rafka hanya mengangguk saja.

“Lo udah pernah belum, jailin si Arga?”

Rafka kembali menoleh kearah Jerico saat lelaki itu kembali bertanya.

“Em, iya. Tapi pasti bakalan dijailin balik”jawab Rafka kesal.

Rafka sering berniat menjahili seorang Argantara, tapi lelaki itu akan berbalik menjadi lebih dan sangat-sangat jahil. Memikirkannya saja membuat kesal, tapi Rafka suka.

“Mau gue bantuin? Supaya dia beneran kesel”tawar Jerico

“Gimana caranya?“tanya Rafka penasaran

Jerico memasang senyum jahilnya. Gebetan Arga yang satu ini benar-benar gampang diajak kerja sama. “Lo diem aja oke? Gue sama Harsa udah rencanain ini dari tadi sebelum kalian dateng. Gue bakalan mancing Arga. Lo ngikut aja”jelas Jerico

Rafka hanya mengangguk pasrah. Sebenarnya penasaran juga bagaimana Jerico akan membuat Argantara itu kesal.

Mereka berdua kembali menikmati permainan Harsa dan juga Arga. Tetapi baru berapa detik, Rafka dapat merasakan beban dibahu kanannya.

Jerico memasang kepalanya dibahu Rafka. Pemuda manis itu sedikit tersentak tanda terkejut, tetapi kembali santai saat Jerico menyuruhnya.

Pemandangan itu dilihat oleh Arga saat dia berniat melakukan kontak mata dengan Rafka. Pemuda itu merasa udara sekitar tiba-tiba menjadi sangat panas.

Terlalu fokus memperhatikan posisi Rafka dan Jerico membuat Arga menjadi salah nada dan membuat Harsa menjadi kesal karena kesalahan Arga yang berkali-kali.

“Lo kenapa sih?!“tanya Harsa emosi

“Ekhem, sorry gue haus. Mau minum.“ujar Arga dan berdiri lalu berjalan lurus menuju ketempat dimana Rafka dan Jerico duduk.

“Minggir”

Rafka mendongak saat mendengar suara Arga yang entah sejak kapan berada didepannya

“Ck, apaan sih. Udah pewe, tuh ada kursi”ujar Jerico sengaja dan berpura-pura untuk tidur dibahu Rafka

“Gue mau minum.“ucap Arga dan memberi kode agar Jerico segera berdiri.

“Nih minum, ngapain sih ganggu pacar gue. Dia ngantuk tuh” Harsa tiba-tiba datang dan menyodorkan satu botol minum pada Arga.

Lelaki berkelahiran Agustus itu, memandang Harsa dengan pandangan sinis.

Kenapa lelaki ini sangat santai?

“Ya itu pacar lo, yaudah kasih gih bahu lo sana. Nempel nempel ke Rafka lagi. Minggir gak?“ujar Arga sudah kesal.

Rafka yang melihat situasi ini sebenarnya ingin tertawa kencang. Tapi sepertinya melanjutkannya lebih seru, wajah Arga lucu.

“Dih biarin aja. Orang gue gak masalah? Rafka juga gak ada masalah iyakan?”

Rafka mengangguk tanda mengiyakan. Arga menatap Rafka memelas, seolah berkata

'Kok kamu gitu?'

“Raff???”

“Biarin Arga, kasian siapa tau Jerico capek, Harsa juga lagi capek kan. Gapapa kok”ucap Rafka menambah tingkat kekesalan Argantara.

“Ck, yaudah iya terserah.”