Harapan, Rasa, dan Kedatangan
Sesampainya dikantor polisi Arga segera memaparkan alasan kedatangannya dan pada akhirnya mereka diarahkan menuju meja pelaporan.
Disana telah ada petugas polisi yang menangani kasus pelaporan yang dilakukan oleh Arga dan rafka serta sepasang suami istri yang bisa Arga duga merupakan orangtua dari Rasya.
“Selamat siang Mas Arga, silahkan duduk”sambut petugas tersebut. Arga pun langsung menempati salah satu kursi disamping kedua orang tersebut.
“Seperti yang saya sampaikan tadi bahwa kedua orangtua dari anak yang mas temukan sudah berhasil kami jumpai dan kami bawa kesini. Seperti yang anda lihat disebelah mas, mereka merupakan kedua orang tua anak tersebut. Mereka kami temukan setelah menelusuri beberapa keterangan dan juga kesaksian dari keluarga” Ucap sang petugas memperkenalkan dua orang disamping Arga.
Rafka yang sedari tadi menunggu untuk memastikan bahwa kedua orang tersebut adalah benar orangtua Rasya, maka segera meminta Rasya untuk menghampiri kedua orangtua─nya.
“Acha itu mama sama papanya disitu, gak mau disamperin?”
“Mama?”
“Iya sayang”
Setelah mereka saling memeluk terutama sang ibu langsung menghujani pipi sang anak dengan ciuman dan menangis.
“Untuk alasan dari kedua orang tua dari Rasya meninggalkan anaknya bukanlah sebuah ketidaksengajaan melainkan terdapat unsur lainnya yang mungkin bisa dijelaskan oleh bapak dan ibu”.
Mendengar bahwa Rasya ditinggal dengan sengaja membuat Rafka merasakan sedih dan ngilu dihatinya. Bagaimana anak semanis rasya ditinggalkan? Apakah mereka tidak menyayanginya? Semarah apapun Rafka kepada orangtuanya, setidaknya Rafka bersyukur mereka tidak meninggalkannya seorang diri seperti apa yang dilakukan orangtua Rasya.
Anak itu, membuatnya sadar dan belajar akan banyak hal.
“Saya dan Istri saya sangat berterima kasih sebelunya kepada mas-mas yang telah mengurus Rasya dalam seminggu belakangan dan saya meminta maaf atas kelalaian saya. Kami meninggalkan Rasya sendiri pada saat itu memang sengaja. Tetapi kami terpaksa, kami berdua merupakan keluarga yang tidak berkecukupan sehingga kami berpikir Rasya dapat hidup lebih baik bila tanpa kami dan pasti dia akan ditemukan oleh orang yang bisa menguusnga dengan baik dan ternyata kami salah besar akan hal itu, kami sangat merasa kehilangan Rasya. Bagaimana pun Rasya adalah anak kami”ucap ayah Rasya sembari hendak meneteskan air mata dan disebelahnya ibu Rasya yang sudah menangis tersedu sejak tadi.
Arga yang disampingnya mendengarkan penjelasan itu sambil mengepalkan tangan. Dia tidak menyangka bahwa mereka menelantarkan anaknya karena alasan ekonomi?!
Arga sering mendengar bahwa Anak adalah anugerah bagi semua orangtua bukan malah dianggap menyusahkan.
Tapi ketika melihat raut penyesalan diwajah orangtua Rasya membuat Arga sedikit lega bahwa mereka telah meyadari perbuatannya.
Disisi lain Rafka juga kecewa tetapi dia mecoba mengerti dari sisi orangtua Rasya; dan juga tetap tidak membenarkan orang tua Rasya dan menyerahkan keputusan sepenuhnya pada polisi dan Arga.
Setelah beberapa perbincangan akhirnya di antara kedua belah pihak akhirnya memutuskan bahwa semuanya selesai dengan cara kekeluargaan dan semuanya saling memaafkan.
Mereka semuapun akhirnya berpamitan kepada petugas dan berpisah didepan kantor polisi dengan Rafka, Arga, dan rasya saling berpelukan sebagai tanda perpisahan. Rafka bahkan hampir menangis sekarang.
“Kak lafkaa nanti jangan seyingg makan mie, jangan boong sama kak alga lagi”ucap Rasya dengan polos membuat kedua orang dewasa itu tertawa karenanya.
“Iya, kakak janji”
Sebelum pulang Arga dan Rafka memutuskan untuk pergi ke sebuah taman. Mereka ingin menjernihkan pikiran mereka dan juga menghirup udara segar.
Mereka berdua akhirnya sampai ditaman terdekat dan memutuskan untuk mencari makanan ringan terlebih dahulu.
Setelah membeli makanan ringan, mereka berdua duduk dikursi taman yang masih kosong.
“Lega deh gue Ga, akhirnya Rasya bisa pulang kerumahnya ketemu sama ortunya” ucap Rafka memulai topik pembicaraan.
“Gue juga lega, tapi ada satu lagi sih yang sampe sekarang masih gue pikirin” Ucap Arga.
Rafka yang tiba-tiba merasa ditatap intens seperti itu terkejut dan bingung kenapa Arga tiba-tiba menatapnya.
“M─maksudnya?” ucap Rafka ragu
“Sekarang bisa jelasin kenapa bisa bohong sama gue tentang yang semalem?“tanya Arga dengan nada sepelan mungkin.
“Maaf”
“No. Why do you have to apologize? Gue cuman mau tahu kok, sisanya itu udah bukan hak gue”ujar Arga membuat Rafka menatapnya.
“Gue takut lo marah. Gue takut lo bakalan mengira kalau gue gak serius sama perasaan gue. Tapi dilain sisi ego gue menentang Arga. Kenapa gue harus mikirin perasaan lo? Kenapa harus gue? Dan kenapa harus lo cowok yang gue cintai?“jelas Rafka mengeluarkan yang menjadi pikirannya selama beberapa hari ini.
Arga mematung mendengar ucapan Rafka. Rupanya apa yang dia pikirkan juga dipikirkan oleh pemuda berkelahiran Maret itu. Arga memang sempat ingin menyerah mencari jawaban tentang apa yang dia rasakan sebenarnya pada simanis didepannya ini
Tapi sekarang tidak lagi. Dia sudah yakin. Amat sangat yakin.
“Raf...”
“Kadang gue mikir, haruskah gue menyerah? Haruskah gue menjauh dari lo untuk hilangin perasaan gue?”
“Jangan!“seru Arga menimbulkan rasa bingung pada Rafka.
Kenapa tiba-tiba lelaki ini bereaksi seperti ini?
“Jangan menyerah. Jangan hilangin perasaan lo ke gue”
“Tapi Arga-
“Jangan hilangin itu disaat gue udah mulai jatuh sama lo”lanjut Arga yang sukses membuat nafas Rafka seolah terhenti.
Tetapi jantungnya terus saja berdetak sangat kencang, seakan-akan suaranya bisa terdengar karena berdetak sekencang itu.
“Gue udah suka sama lo Rafka, Gue sangat suka sama lo Ravian Rafka. Maaf kata cinta masih terlalu besar buat gue. Jujur gue nggak tahu sejak kapan perasaan ini muncul tapi gue ngerasa aneh.
Gue suka tiba-tiba kangen sama lo jadi posesif sama lo sampai gue sadar hal itu pasti ngebuat lo jadi gak nyaman. Gue gak suka lo terlalu deket sama oranglain selain gue. Semuanya gue rasain dan gue mencoba mencari tahu dengan jelas itu apa dan pada akhirnya kemarin malam rasa itu menjadi satu kesatuan yang menjawab bahwa gue sudah jatuh sama pesona seorang Ravian Rafka Malverino.
Maaf sebelumnya mungkin gue telat menyadari ini, tapi jujur gue masih punya beberapa hal yang mungkin nggak bisa disatukan menjadi kata “kita” pada waktu yang secepet ini.
Dan saat ini gue harap lo bisa sekali lagi mengerti akan hal itu. Gue cuma mau bilang bawa perasaan lo gak bertepuk sebelah tangan. Perasaan itu terbalas Rafka. Jadi jangan sekali-kali berfikir untuk menghilangkan rasa lo ke gue─Argantara Algeo Natrasani.”
Rafka yang mendengarnya begitu terkejut bercampur bahagia rasanya dia kemarin bahkan tidak mampu memimpikan tentang bagaimana hubungannya dengan Arga akan berlanjut tetapi malah hari ini semuanya menjadi jelas. Yang tak pernah dia sangka terjadi, perasaannya tidak sepenuhnya bertepuk sebelah tangan.
“Arga...”ucap Rafka sembari menarik tangan Arga mendekat mengikis jarak diantara keduanya dan mulai menatap Arga tepat di kedua matanya.
“Gue... Gue gak tahu harus bilang apa” Rafka masih sangat takjub. Mata itu, mata yang selama ini Rafka harapkan akan memiliki binar yang sama seperti saat dia menatap Arga. Mata itu juga menatapnya dengan binar yang sama sekarang.
“Gue tahu ini berat buat lo mungkin juga buat gue ada ketakutan bahwa perasaan lo cuma sebagai sebuah balasan pertemanan, tetapi gue harap apa yang gue lihat dari mata lo hari ini benar-benar apa yang lo rasakan.
Makasih Arga makasih banget udah mau bales perasaan gue dan gue nggak masalah dengan tidak adanya kata kita selama gue dan lo memiliki rasa yang sama pelan-pelan aja? Biar waktu yang nentuin jalan kita dan kita berusaha bagaimana menjaga dan menumbuhkan keyakinan masing-masing”ucap Rafka dan memegang kedua tangan lelaki yang lebih muda. Arga tersenyum dan membalas genggaman tangan Rafka.
“Gue juga, gue pengen mengetahui segalanya tentang lo lebih jauh. Gue juga pengen lo tahu tentang gue. Gue gak tahu gimana harus menjalani ini sendirian. Jadi gue harap mohon bantuannya, Rafka?”
“Or should i call you soon to be my boyfriend?”
Lihat.
Suasana romantisnya terputus karena kejahilan Arga, Rafka memasang raut kesal tetapi sedetik kemudian tertawa.
Akhirnya keduanya sekarang menjadi sebuah kesatuan yang akan berjalan beriringan menuju pelabuhan nan jauh disana yang nantinya akan menjadi saksi bahwa kedua insan ini saling mencintai dan saling melengkapi tanpa adanya beban yang membayangi.
Pelan-pelan namun pasti dan yang pasti cinta akan menemukan jalannya menuju sebuah status yang jauh lebih tinggi. Pasti.