Unexpected Night
Rafka pikir hari ini akan menjadi hari yang sempurna untuknya. Dia bahkan telah menyiapkan dari kemarin hari untuk hari ini.
Pria mungil itu bahkan sudah membuat daftar hal-hal yang akan dia lakukan hari ini. Menjemput orangtuanya bersama Arga─orang yang dia cintai.
Rafka sangat senang tentu saja─awalnya, siapa sih yang tidak senang ketika kedua orangtua mu yang tidak lama berjumpa akan pulang? Tentu saja pasti kita sangat amat merindukannya kan?
Orangtuanya selama ini sibuk bahkan sudah hampir satu tahun mereka tidak bertemu, walau dibeberapa kesempatan tertentu mereka akan mengabari Rafka dan menanyakan kabarnya Rafka tak sabar dengan hal itu.
Tapi semua harapan itu harus pupus ketika sebuah bubble chat dari mamanya yang menunjukkan bahwa mereka tidak bisa pulang karena ada urusan kantor yang mendadak harus diurus.
Rafka marah, tentu saja. Selama ini dia selalu mengharapkan keluarganya selalu berkumpul bersama dan ketika papa dan mamanya bilang akan pulang Rafka kelewat senang tapi hari ini mereka membuatnya kecewa, lagi.
Pesan dari sang mama tak ia balas, ia kelewat marah dan memutuskan keluar dari apartemen setelah mengirim pesan pada Arga bahwa hari ini rencana mereka tidak jadi.
Rafka mengambil kunci yang berada di atas nakas, dan turun ke parkiran lalu membuka pintu mobil dan masuk kesana serta menyalakan mesin. Rafka hanya butuh udara segar, dia pergi untuk mengalihkan amarahnya dan juga kesedihannya.
Rafka butuh waktu sendiri, sekarang.
Berakhirlah Rafka disini, ditengah keramaian pasar malam. Suasananya ramai, ini akan membantunya mengalihkan pikirannya untuk sesaat.
Matanya menjelajahi setiap sudut wahana, ingatannya kembali pada masa kecilnya, Rafka rindu jadinya.
Saat sedang menikmati suasana handphonenya berdering tanda panggilan masuk. Ternyata itu Arga, alis Rafka mengkerut untuk apa Arga meneleponnya, bukankah dia sudah mengabari bahwa hari ini tidak jadi? Tapi segera saja ia angkat telepon tersebut.
“Halo?”
“Lo dimana?” suara lelaki berkelahiran Agustus itu terdengar panik di seberang sana.
“Kan udah gue bilang gak perlu disusul”
“Tapi tanya dulu, lo dimana?”
“Mau ngapain emangnya? Ujung-ujungnya pasti lo susul juga kan?” Rafka sudah tahu tabiat Argantara, bahkan jika dia melarang pemuda itu pasti akan mencarinya hingga ketemu.
“Engga, tapi gue perlu tahu lo dimana Ravian. Gue cuma mau memastikan lo baik-baik aja”ucap Arga terdengar meyakinkan
“Gue lagi dipasar malem di deket apart”jawab Rafka pada akhirnya.
“Sharelock”
“Kan udah gue bilang lagi pengen sendiri, Natrasani!!!”
“Iya gue tau Ravian Rafka. Gue cuma pengen tau lo dimana gituloh”
Rafka merotasikan matanya malas mendengar nada bicara Arga. Sudah dia duga, lelaki ini tidak akan menyerah begitu saja.
“Iya iya entar gue sharelock. Tapi jangan nyusul.“pinta Rafka yang segera diiyakan oleh Arga.
Rafka memutus sambungan teleponnya dan mengirim lokasinya kepada Arga. Setelah selesai mengirim lokasinya, Rafka kembali menyimpan handphonenya disaku jaket yang dia kenakan malam ini.
Rafka memilih duduk disalah satu cafe outdoor disana. Setidaknya seperti ini lebih tenang bagi pria berkelahiran Maret itu.
Rafka memejamkan matanya dan memilih menikmati hembusan angin yang menerpa wajahnya sebelum sebuah panggilan memasuki indra pendengarnya-
“Kak...”
Rafka sontak membuka matanya dan mendapati seorang anak lelaki kecil berada dihadapannya.
“Loh? Kenapa dek?”
“Liat mama acha gak? Tadi disini, trus acha disuruh tungguin soalnya mau beli es krim. Tapi sekarang gak ada”
“Nama kamu acha?“tanya Rafka pada anak yang dia perkirakan berusia ¾ tahun itu
“Rasya. Tapi mama sering manggil acha”
“Oke, Rasya nama kakak Rafka. Kamu tau alamat rumah kamu dimana?”
Anak kecil bernama Rasya itu menggeleng, lalu berkata “Acha dari tempat yang jauh dari sini, tapi mama bilang mau bawa jalan-jalan makanya kesini. Tapi sekarang mama hilang.“ucap anak malang itu.
Rafka mulai merasa ada yang aneh. “Mama kamu udah lama perginya?” tanya Rafka yang dijawab anggukan oleh Rasya
Jika ibu dari anak ini sadar anaknya hilang, bukankah daritadi pihak pusat informasi sudah mengumumkan pemberitahuan? Oh tolong jangan bilang bahwa orangtuanya membuang anak selucu ini?
“Kakak, sekolah dimana? Gak dicariin yah sama mamanya? Kalau anak-anak katanya gak boleh keluar malam-malam sendiri”ucap Rasya tiba-tiba membuat rahang Rafka jatuh.
Anak-anak? Dia?
“Haha gak dicariin kok. Kakak udah besar, sekarang tinggal sendiri”ucap pemuda mungil itu menjelaskan. “Gak tinggal sama mamanya?”
Rafka menggeleng.
“Yah sedih banget”ucap anak kecil itu membuat Rafka memandangnya sedih. Setidaknya dia masih tahu dimana orangtuanya berada. Tapi anak kecil ini? Orangtuanya bahkan tega meninggalkannya ditempat ramai seperti ini.
“Raf?” panggilan itu membuat Rafka berbalik kearah asal suara.
Itu Arga. Sudah Rafka bilang bukan? Lelaki ini tidak bisa dipercaya?
“Anak siapa?“bisik Arga dan duduk dikursi yang ada disamping Rafka. Rafka menggeleng pertanda tidak tahu.
“Om temennya kak Rafka ya?“celetuk Rasya membuat kedua orang dewasa itu menatapnya dengan reaksi yang berbeda.
Arga yang tidak percaya apa yang didengarnya dan Rafka yang bisa kapan saja menyemburkan tawanya.
“O-om?”
“Eum bener banget~ Namanya Om Arga. Panggil aja begitu”ujar Rafka menambah kerutan diwajah sang Argantara.
“Raf? Jangan diajarin kek gitu ngomongnya~ Panggil kak, kak Arga”protes Arga membuat Rafka tidak sanggup lagi menahan tawanya.
Malam itu, seharusnya Rafka sendiri. Rafka yang awalnya sedih dan kecewa perlahan melupakan semuanya karena kehadiran dua orang yang tidak dia sangka akan datang menghiburnya secara tidak sengaja. Malam itu, Rafka kembali merasa dia tidak sendiri.
Rafka punya orang-orang yang menyayanginya.