Martabak Kiss?
Rafka tersenyum begitu melihat pesan dari Arga yang mengatakan akan tiba dengan cepat, membawa pesanan yang ia sebenarnya minta pada kekasihnya.
Kekasihnya itu memang benar-benar yah, tak pernah gagal membuat dirinya berbunga. Terhitung sudah satu setengah tahun menjalin hubungan, lelaki itu tak berubah banyak.
Hanya menjadi semakin manja setiap harinya. Kadang sampai membuatnya pusing yang teramat sangat saat kelakuan manjanya itu muncul.
Mengingatnya saja membuat Rafka menggelengkan kepala.
Ia memang sedang mengerjakan tugas akhirnya tapi karena pikirannya sudah melalang buana karena mengingat Arga, ia berpikir untuk membuka folder berisikan foto dan video-video yang mereka abadikan.
Lucu, mereka berdua tersenyum begitu lebar seolah dunia hanya milik mereka berdua.
Ah! Rafka harap kekasihnya itu segera datang. Sebab dirinya pun sudah merasa rindu.
Sudah terhitung belasan menit Rafka cekikikan karena melihat foto mereka yang menurutnya konyol. Ada juga foto Arga yang ia ambil secara diam-diam, ketika lelaki tidur ataupun ketika mereka sedang berpergian.
Ketika akan mengganti ke halaman foto selanjutnya, terdengar suara pintu yang diketuk.
“Paket,” suara yang sangat Rafka hapal kini sudah ada di depan pintu apartemennya.
Dengan cepat, lelaki berkelahiran maret itu berdiri dan membawa langkahnya menuju pintu.
“Maaf kak, saya gak pesen paket,” ujarnya bercanda.
Rafka membuka pintunya sambil tersenyum, pemandangan Argantara yang menenteng dua kantong plastik dengan jaket hitam andalannya. Hari ini juga kekasihnya amat tampan.
“Waduh kak, katanya tadi mesen makanan?” Lelaki didepannya berujar menerima candaan sang kekasih.
“Saya kan pesen orangnya kak,” ucap Rafka sembari merentangkan tangannya. Tanda bahwa dirinya ingin sebuah pelukan.
Detik kemudian, tubuh berat Arga sudah berada di Rafka. Menelusuk ke leher Rafka dan mengendusnya.
“Geli ih,” ujar Rafka.
“Kamu wangi banget,”
“Mau masuk atau disini aja kak? Nanti tetangga saya iri loh,”
“Emang tetangga kamu ada? Bukannya selalu kosong ya?”
“Heh!”
“Ayo masuk. Tapi aku gak mau lepasin pelukannya,” ucap Arga dan terbukti dengan kedua tangannya yang semakin mengeratkan pelukan mereka.
Rafka memutar bola matanya malas mendengar ucapan kekasihnya itu. Dengan posisi masih berada dipelukan Arga, Rafka menutup pintu apartemennya dan terdengar suara tanda bahwa pintunya terkunci secara otomatis.
Akhirnya Rafka pun membawa masuk kekasihnya yang masih menempel padanya, Arga seperti koala sekarang. Selalu menempelinya dan tidak melepaskan pelukannya.
“Lepas dulu sayang. Mau ambil piring ini, terus es krimnya mau dimasukin kulkas,” ucap Rafka berusaha melepaskan dekapan Argantara
Mau tak mau, lelaki itu melepaskan pelukannya dan membiarkan Rafka pergi ke arah dapur dengan dua kantongan yang dia bawa tadi.
Sembari menunggu Rafka, Arga membawa dirinya untuk duduk didepan meja tempat Rafka tadi mengerjakan tugas. Layar notebook Rafka menyala menampilkan foto dirinya yang sedang tertidur.
“Aku baru tahu ada foto ini?” tanya Argantara begitu Rafka tiba dengan martabak yang ia bawa.
“Oh itu, iya aku ngefotoin pas lagi dikelas. Makanya, orang kalau dikelas tuh jangan tidur!”
Rafka mengambil sepotong martabak telur yang sudah ia tunggu-tunggu dari tadi dan memakannya. Dia dudukkan dirinya disamping kekasihnya dan menyandarkan kepalanya pada bahu lebar sang kekasih.
“Sayang...” panggil Arga tiba-tiba.
“Hm?”
“Bayarannya mana?”
“Uhuk.. uhuk..” Rafka terbatuk ketika mendengar pertanyaan Arga atas bayaran martabaknya itu.
“Sayang ini minum dulu” Arga menawarkan air yang berada diatas meja.
“Nggak usah, aku ke belakang dulu”
Dengan cepat, Rafka berdiri dan melangkahkan kakinya menuju dapur, lalu berdiri didepan wastafel.
Sial. Walau Rafka menyanggupi permintaan Arga tapi tetap saja ia akan selalu malu terhadap lelaki itu.
Sebenarnya ini hanya alasan Rafka saja untuk pergi ke belakang, padahal ia malu terhadap kekasihnya itu.
Berciuman....?
Memikirkannya saja membuat wajah Rafka memerah. Tenggorokannya sangat perih, tapi tidak sebanding rasa ingin berteriaknya.
Mereka memang sudah sering melakukannya, tapi yang menjadi masalah adalah Argantara yang susah berhenti jika sekali diberikan kesempatan.
Kemudian Rafka membuka aplikasi twitter dan membalas replyan yang masuk. Sayangnya ia lupa jika otomatis Arga akan tahu bahwa ia sedang aktif di sosial media.
Terbukti ketika terdengar suara langkah kaki yang masuk ke dalam dapur, Arga muncul dengan raut muka yang masam.
“Kamu kenapa gak langsung balik tapi balesin reply di tweet?”
Tubuh Rafka menegang, tapi ia juga gemas pada ekspresi Arga. “Aku cuman sebentar loh balesinnya”
Rafka berucap sembari mengambil gelas bekasnya minum, dan mencuci gelasnya. Berusaha terlihat sibuk agar kekasihnya melupakan permintaan itu.
Setelah mencuci gelas, Rafka membawa langkahnya menuju pantry. Berdiri kaku disana saat merasakan Argantara yang menatapnya dengan intens.
“Yaudah, mana bayaran aku?”
Rafka hanya diam, tapi Arga tetap berjalan maju menghimpit Rafka yang berdiri di pantry, dengan kedua lengannya yang berada disisi Rafka.
“Mana bayarannya?”
Rafka mengalihkan pandangannya saat wajah Arga semakin mendekat.
“N-nanti ya? Sekarang pulang dulu deh, nanti dicariin bunda”
Rafka memutar otak, mengucapkan semua alasan agar dapat terhindar dari adegan ini. Tetapi Arganya terlalu peka, lelaki itu sama sekali tidak gentar dan tetap pada posisinya.
Mau tak mau dia harus memberikannya kalau sudah seperti ini.
Cup!
“Itu udah,” Rafka menjawab dengan malu-malu dan berusaha lepas dari kukungan sang kekasih.
Tetapi ditahan oleh Arga.
“Masa gitu doang?” Protes lelaki yang lebih besar.
“Ya terus gimana?”
Ekspresi polos yang ditampilkan Rafka membuat Arga tak tahan, ia perlahan memajukan wajahnya lalu menyatukan kedua benda kenyal tersebut.
Membawa Rafka kedalam ciuman lembut, bibir atas dan bawah sang kekasih dia lumat bergantian, seiring dengan lengan yang dia sampirkan untuk mengelilingi pinggang ramping Rafka.
“Eumh~“
Rafka mengeluh begitu merasakan tangan Argantara yang meremas pinggangnya.
Sudahkah dia berkata? Kalau Arga adalah best kisser. Lelaki itu selalu tau bagaimana membuatnya hanyut.
Cup!
Kecupan terakhir Arga sematkan untuk mengakhiri sesi ciuman mereka.
Dia satukan kening mereka, lalu mengangkat tangannya untuk menyentuh pipi sang kekasih yang masih terengah.
Sedikit banyak, Argantara merasa bangga membuat Rafka seperti ini. Sebab hanya dia yang bisa membuat Rafka terengah karena ciuman singkat mereka. Hanya dia yang bisa membuat kedua bibir itu membengkak.
“Kenapa bibir kamu selalu manis sih? Jadi ketagihan kan aku, boleh minta lagi?”
Bugh!
Rafka memukul lengan kanan Arga saat mendengar ucapan lelaki itu. “Enak aja. Sana pulang.”
“Malu ya?”
“Enggak!”
“Tapi muka kamu udah kayak kepiting rebus”
“ARGANTARA DIAM GAK?!!!”
“HAHAHAHAHA”
©Naraversal